Berubah itu sulit. Apalagi bagi kita yang sudah terbiasa hidup dengan rutinitas yang hampir sama setiap harinya. Semua menjadi serba otomatis, kita bisa melakukan berbagai kegiatan tanpa rasa, tanpa makna. Meski dari permukaan tampak baik-baik saja, menurutku ini adalah sebuah problematika. Karena berarti kita rela menanggalkan akal dan pikiran agar demi melebur bersama peradaban.

Di bulan ini sebagian besar dari kita masyarakat Indonesia diajak untuk menahan nafsu secara serentak. Ini unik, karena tidak ada satupun manusia yang mampu melakukannya dengan mudah. Sebagian besar tubuh kita dikontrol oleh nafsu. Bila lapar, tubuh kita akan memerintahkan diri untuk makan, bila haus, tubuh kita akan memerintahkan diri untuk minum. Belum lagi masalah nafsu yang bersinggungan dengan emosi seperti amarah, kecemburuan, dan rasa iri.

Karena itu aku bilang bahwa ini sulit. Kita harus memaksakan diri, mengorbankan satu hal agar hal lainnya dapat terjadi. Namun kontrolnya ada di diri kita sendiri. Semua berasal dari dalam, faktor eksternal hanya berperan sebagai pemicu, bukan pencipta. Jadi di atas kertas seharusnya kita bisa mengendalikannya dengan mudah. Hanya saja di sini kita berbicara tentang mengubah nafsu dan emosi yang sudah pasti memiliki kompleksitas tinggi.

Karena itu meski dengan berbagai kesulitannya, aku percaya bahwa berpuasa itu bermanfaat. Aku tidak bicara tentang perintah agama, aku bicara tentang efeknya kepada manusia yang melakukannya. Dengan berpuasa kita menjadi ingat rasanya lapar dan haus. Kita diterpa kenyataan bahwa hidup itu rentan. Kita juga diuji, ditempa, dan dipaksa menjinakkan hewan buas yang bersemayam di dalam diri. Kita kembali diingatkan dengan kenyataaan bahwa kita adalah pemimpin diri yang memiliki wewenang penuh atas segala tindakan yang sudah dan akan kita lakukan.

Dalam kesempatan ini aku ingin mengucapkan selamat Idul Fitri 1446 H. Semoga Idul Fitri tahun ini memberikan dampak positif kepada kita semua dalam bentuk apapun itu. Aku harap kita masih diberikan waktu untuk kembali bertemu dengan bulan Ramadan di tahun-tahun berikutnya. Karena bagiku bulan ini sungguh menyenangkan. Keterbatasan mengingatkanku akan berbagai kenikmatan yang sempat terabaikan. Dan aku butuh itu. Aku butuh pengingat bahwa semua yang kita miliki hanya bersifat sementara.

Segara Banyu Bening