Ternyata Hari Raya Idul Fitri tahun ini masih sama dengan tahun sebelumnya. Karena pandemi masih berlangsung, kita harus berbesar hati dan mengalah kepada kenyataan bahwa kita tidak dapat melakukan banyak kegiatan yang sudah menjadi tradisi. Salah satunya adalah mudik. Tahun ini kita masih harus berada di rumah demi menjaga kesehatan bersama.

Memang pelarangan mudik menjadi polemik tersendiri. Namun menurutku kita beruntung karena kini kita berada di era teknologi. Tanpa perlu bertemu, kita dapat mengobrol dan berbagi tawa kepada orang terdekat melalui layar kaca. Bayangkan saja bila pandemi terjadi di saat kita mengandalkan surat untuk berkomunikasi. Untuk menyampaikan beberapa kalimat saja kita butuh beberapa hari. Itu saja baru satu arah, untuk komunikasi dua arah kita butuh waktu yang lebih lama.

Aku pribadi memutuskan untuk tidak mudik. Kebetulan mayoritas keluargaku tinggal di kota yang sama. Kami juga tidak mengadakan acara apapun. Kami memilih untuk hanya bertatap muka dengan orang tua langsung dan menggunakan teknologi untuk berbincang dengan keluarga lainnya.

Menurutku rasa bahagia yang aku terima masih sama. Kita masih bisa melihat senyum yang melekat di wajah saudara-saudara kita. Kita masih bisa melontarkan lelucon meski tidak secara langsung. Lagipula kita ingin momen silaturahmi menjadi momen yang baik untuk kita semua. Untuk apa mengambil resiko yang seharusnya dapat kita hindari bersama.

Tapi apa daya, emosi dan keinginan kadang tidak bisa dihentikan. Namanya juga manusia, pasti sulit bagi kita untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru. Apalagi kebiasaan ini dipaksakan secara mendadak. Aku sadar betul akan hal itu. Jadi aku tidak heran saat melihat banyak orang yang memaksakan kehendak dan menggunakan berbagai cara untuk dapat mudik. Karena tradisi ini sudah terjadi selama puluhan tahun. Pasti ada yang mengganjal bila dihentikan.

Mungkin yang perlu disadari adalah kenyataan bahwa masalah yang kini melanda kita semua belum berakhir. Kita masih berada dalam bayang-bayang pandemi yang selalu mengintai dan menyergap di saat kita lengah. Bila kita sadar akan hal tersebut, bukankah bijak apabila kita menimbang lebih jauh baik atau buruknya setiap kegiatan yang kita lakukan? Karena apapun larangan dan peraturan yang ada, kita sendiri yang pada akhirnya dapat memutuskan apa yang ingin kita lakukan selanjutnya.

-Segara Banyu BeningĀ