Aku khawatir, sepertinya belum sepenuhnya jiwa ini bergerak maju. Memang, langkah kaki sudah dengan tegas menentukan pilihannya, tetapi hati ini belum sependapat. Mungkin sebagian dari tubuh ini masih terkekang, terperangkap dalam memori yang kelam. Kepingan kisah itu sepertinya masih tersebar di dalam angan, walau samar, suaranya masih jelas terdengar.

Derita itu masih terbawa, luka lama yang dulu telah aku tanggalkan sepertinya belum terhapus dengan sempurna. Sebenarnya aku sudah jenuh, aku lelah memikirkan yang tidak layak untuk dipikirkan. Tetapi bagaimana caranya? Aku mudah larut dalam penyesalan. Mungkin sudah terlalu lama aku menutup diri dari kebenaran, jalan keluar yang seharusnya dapat dengan mudah aku temukan selalu saja menjauh dari pengelihatan.

Kini perih kembali menggerogoti jiwa ini. Awalnya hanya segelintir saja, namun perlahan menumpuk, menjamur dengan cepat. Aku hilang kendali, akal sehatku membisu dan mulai menelantarkanku. Aku terperangkap di dalam penjara yang aku ciptakan sendiri, setiap derita yang aku rasakan telah mempertebal jeruji. Tanpa sadar, sebagian dari tubuhku tengah tenggelam, terjebak di dalam kubangan emosi yang melembak.

Aku harus lekas beranjak. Sudah cukup beban yang aku rasakan. Apa gunanya hari ini bila kemarin masih terus menghantui. Akan aku kerahkan seluruh tenagaku untuk menghempas kegelisahan yang mulai mengental, akan aku lukis kisah hidup baru yang lebih indah. Karena aku adalah pemimpin bagi hidupku sendiri yang dapat dengan mudah membebaskan diri dari jeratan masa lalu.

– Segara