Luar biasa, sepertinya ini adalah perasaan yang sering mereka agungkan. Baru sekali aku merasakannya, ternyata efeknya begitu megah. Mata yang terbiasa menangkap berbagai kekalutan, kini berpindah haluan. Sepertinya tidak ada lagi kegelapan di dalam hidup ini, yang ada hanyalah cahaya, bunga, dan wajahnya yang begitu mempesona.
Baru sebentar aku bertemu dengannya, belum banyak yang kami perbincangkan. Mengapa sejuta rasa telah kuterima? Mimpiku jadi monoton, kisah indah tentang aku dan dia selalu diputar berulang-ulang. Tetapi aku tak pernah bosan, memang itulah yang aku inginkan. Aku ingin kisah ini berlanjut sampai episode berikutnya, sampai aku tahu akhirnya. Aku yakin kali ini berbeda, tidak seperti kisah yang pernah aku lalui sebelumnya.
Beberapa hari telah berlalu, aku masih belum berani menindaklanjuti apa yang telah terjadi. Sebenarnya ia telah memberikanku kesempatan, ia juga telah mengizinkanku untuk menyapanya di lain waktu. Tetapi aku gugup, aku tak tahu harus berkata apa. Coba aku hidup di zaman yang mengandalkan surat sebagai media komunikasi utama, akan kurangkai kata-kata indah dan akan kukirim setelah semuanya kurasa tepat. Tetapi hal tersebut tidak dapat kulakukan. Keadaan sekarang ini memaksaku untuk mampu merangkai dan membalas setiap perkataannya dengan tangkas. Padahal aku tidak terbiasa melakukan itu, aku takut salah bicara.
Sekarang aku bimbang. Aku ragu dengan keyakinanku sendiri. Apakah harus kukejar atau kuurungkan saja niatku? Aku tak mau rasa bahagia ini hilang. Berbicara dengannya merupakan sebuah resiko, aku tak mau terkecewa. Lagipula senyum itu sudah kuterima, keinginanku untuk dekat dengannya juga sudah terealisasi. Apa lagi yang aku harapkan? Bukankah berlebihan apabila aku ingin memiliki hatinya? Aku tak mau merusak keberadaannya di dalam setiap mimpiku, aku tak mampu merasakan pahitnya kisah ini. Sepertinya lebih baik aku diam dan menikmati segala rasa yang sudah aku dapatkan.
Awalnya memang menyenangkan, tetapi lama-kelamaan dampaknya meresahkan. Rongga dadaku seakan menyempit, ruang untuk bernafas menjadi sangat terbatas. Ingin sekali aku mengabaikan rasa ini, tetapi aku tak mampu. Sepertinya perasaan ini tidak bisa aku biarkan mengambang terlalu lama. Aku harus mencari jawaban dari berbagai pertanyaan yang mulai bermunculan. Sepertinya aku harus segera tahu. Apakah ia juga merasakan hal yang sama?
– Segara