Aku tersesat. Aku berada dalam kegamangan yang tak berujung. Ternyata satu pilihan memiliki akar berambut. Aku takut salah dan jatuh ke lubang yang sama. Aku takut terbawa arus. Terbawa kenyamanan yang perlahan melumpuhkan semangatku.
Selama ini aku tergoda dengan berbagai mimpi bombastis yang tercipta semasa kecil. Aku membayangkan bahwa pada waktu tertentu aku akan berada di suatu tempat dan memiliki berbagai prestasi. Perlahan keinginan tersebut berubah menjadi penyesalan dan benci. Apalagi setelah mengetahui bahwa di luar sana banyak orang yang telah berhasil mewujudkan mimpinya. Aku merasa gagal, dadaku rasanya seperti digerogoti rayap yang tengah kelaparan.
Begitulah perasaan yang menyergapku beberapa tahun belakangan ini. Aku tidak bisa lari dari kenyataan pahit bahwa apa yang aku impikan mungkin tidak dapat terwujud. Meski aku tahu bahwa masih ada waktu untuk berusaha mendekatinya, pengalaman telah memperingatiku untuk meredam ekspektasi. Karena jiwaku dan ragaku sudah babak belur. Bila terjatuh lagi akibatnya bisa fatal.
Aku tidak tahu apakah kecemasan ini akan berlalu atau tidak. Atau jangan-jangan ini yang dinamakan pendewasaan. Berbagai ketakutan dan ketidaknyamanan muncul karena adanya pengalaman. Aku sulit untuk mengambil keputusan gegabah. Setiap pilihan pasti aku timbang secara cermat. Aku tidak bisa melaju dengan bebas, mengabaikan apa yang ada di depan mata.
Entahlah, akan aku cerna perasaan ini secara perlahan. Semoga saja aku tidak tenggelam terlalu dalam. Meski aku lelah berada dalam kondisi ini, akan aku anggap bahwa ketidaknyamanan yang aku rasakan merupakan tanda bahwa aku tengah berkembang.
Segara Banyu Bening