Walau hanya sedikit, setidaknya percikan itu mulai terlihat. Senyum yang sebelumnya hanya dapat kunikmati secara diam-diam, kini lebih mudah kudapatkan. Untung aku berani menyapa, karena dengan beberapa kalimat yang aku lontarkan sebelumnya, aku berhasil membuat perbincangan ini mengalir begitu saja.
Banyak dugaanku yang salah. Beberapa penilaianku terhadapnya menjadi sia-sia. Mahluk yang berada di depanku sekarang ini ternyata lebih menakjubkan dari apa yang aku kira. Setiap gerak geriknya membuatku terpesona. Mungkin terkesan berlebihan, tetapi di mataku ia terlalu sempurna, tak memiliki cela sedikitpun. Bagiku, ia bagaikan senja, menyimpan keindahan dalam wujud yang sederhana.
Ia menyibak rambutnya di depanku, aku mendadak gugup. Wajah yang sebelumnya tertutup dengan beberapa helai rambut, kini dapat kulihat secara utuh. Aku gelagapan, tak mampu membalas tatapannya. Aku malu, berbagai kekurangan yang aku miliki membuat nyaliku ciut. Hampir saja aku menyerah di tengah jalan, tetapi sesuatu tentangnya membuatku tetap bertahan. Sepertinya ia memiliki sesuatu yang aku idam-idamkan, sesuatu yang jarang kutemukan.
Perlahan rasa risauku meredam. Topik obrolan yang kami pilih pun semakin berkembang. Ternyata ketertarikanku akan beberapa hal dapat ia terima dengan baik. Kami berdua seperti sudah lama mengenal. Memang awalnya terasa canggung, tetapi lama kelamaan, kami larut dalam perbincangan yang lebih intim. Kami menemukan kesesuaian dalam berbagai hal dan tak disangka, kisah masa lalu yang kami miliki pun tak jauh berbeda.
Aku tak mau terburu-buru. Aku ingin menikmati setiap tahapan yang ada. Walau sepertinya ia membalas ketertarikanku, aku tak mau gegabah. Momen ini tak akan kurusak. Akan aku tunggu saat yang tepat untuk mengutarakan segala rasa yang mulai memberontak. Biarlah, akan kuakhiri pertemuan kali ini dengan meninggalkan sebuah isyarat, isyarat yang tersirat dalam beberapa kalimat. Semoga saja ia terima, agar benih cinta yang aku berikan, menemukan lahan untuk berkembang.
– Segara