Ternyata kebahagian bisa kita petik di mana saja. Karena sebenarnya kita sudah memilikinya selama ini. Hanya saja kadang kita melihat ke arah yang salah. Kita terlalu sibuk terbelunggu dengan keindahan semu yang diperjualbelikan. Padahal apa yang telah kita genggam selama ini jauh lebih bermakna dari apa yang belum kita dapatkan.

Aku ingin berterima kasih kepada berbagai masalah yang datang kepadaku belakangan ini. Karena ternyata aku lupa akan kenikmatan sederhana yang dulu aku eluh-eluhkan. Aku terlalu sibuk mendangak, melihat ke atas, dan menghadap ke puncak. Sampai-sampai aku tidak tahu di mana kini aku berpijak. Namun semua buyar setelah masalah datang. Aku dipaksa untuk kembali memperbaharui pemahamanku akan kebahagiaan.

Memang kita butuh pembanding. Bila terbiasa akan suatu hal, pasti penghargaan kita akan hal tersebut berkurang seiring berjalannya waktu. Sepertinya itulah yang membuat banyak orang sulit merasakan senang. Kita selalu sibuk melihat ke luar sampai abai akan apa yang ada di dalam. Kita selalu lapar dan haus akan sesuatu yang baru meskipun apa yang kita punya belum tercerna dengan sempurna.

Semoga saja seiring dengan berjalannya waktu kita semua dapat lebih bijaksana dalam menilai segala sesuatunya. Aku pribadi masih belajar. Aku masih terus berbenah diri dan mencari alasan mengapa ketidakpuasan terus saja menghantui. Aku takut menjadi orang yang tamak. Aku takut terjerat dalam berbagai mimpi yang artifisial. Karena kini tantangannya semakin sulit. Kebebasan informasi memaksa kita untuk selalu berpikir bahwa apa yang kita miliki sekarang ini belum cukup.

-Segara Banyu Bening